Oleh
Syaikh DR. Muhammad bin Musa Alu Nashr
Sesungguhnya dakwah Salafiyah telah mengakar kokoh dalam sejarah. Dia bukanlah dakwah yang baru lahir kemarin. Telah ada sejak zaman Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahkan sejak zaman para nabi sebelumnya. Oleh karena itu, ushul dan kaidah dakwah Salafiyah tidak diambil dari
akal dan ijtihad serta istihsan (anggapan baik) manusia, akan tetapi diambil dari sumbernya yang suci yaitu
Al-Kitab dan As-Sunnah dengan pemahaman Salaful Umat ini.
Diantara ma’alim ushul (ketentuan dasar) dakwah Salafiyah yang terpenting adalah.
[1]. Dakwah Salafiyah menyeru kepada asal dan rukun yang paling mendasar, yaitu kepada Tauhid dan memperingatkan dari kesyirikan, karena dakwah Salafiyah merupakan lanjutan dari dakwah para nabi.
Semua dakwah yang tidak dibangun diatas asal dan rukun ini akan gagal. Ibarat membangun atap sebelum tiangnya, sehingga atapnya akan menimpa kepada penghuninya.
Umat Islam telah menuai bencana dan malapetaka dari dakwah yang tidak bersandar kepada asal dan tidak mengikuti manhaj dakwah para nabi, yaitu memulai dakwah (seruan) kepada tauhid dan pengesaan Allah dalam ibadah. Seluruh nabi datang untuk menyampaikan kepada kaum mereka satu perkataan yaitu.
“Artinya : Hai kamumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Ilah bagimu selainNya” [Al-A’raaf ; 65]
Oleh karena itu dakwah Salafiyah mencintai orang karena tauhid, dan membenci orang yang menyelisihi tauhid.
[2]. Dakwah Salafiyah menyeru kepada ittiba (mengikuti) Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam saja secara lahir dan batin.
Karena Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menggantungkan kesuksesan dan keselamatan pada ittiba Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allah berfirman.
“Artinya : Dan barangsiapa yang menentang Rasul setelah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mu’min. Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam. Dan Jahannam itu seburuk-buruknya tempat kembali” [An-Nisa’ : 115]
FirmanNya.
“Artinya : Dan jika kamu ta’at kepadanya, niscaya kamu mendapat petunjuk” [An-Nur : 54]
Dan firmanNya.
“Artinya : Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintahNya takut akan diitimpa fitnah (cobaan) atau ditimpa adzab yang pedih” [An-Nur : 63]
Maksudnya ditimpa fitnah dengan kesesatan dan kesyirikan. Semoga Allah melindungi kita darinya. Bahkan Allah menyatakan bahwa syarat untuk mencintai dan supaya dicintai Allah adalah ittiba’ (mengikuti) Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Allah berfirman.
“Artinya : Katakanlah :’Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah dakan mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu’. Allah Maha Penguasa lagi Maha Penyayang” [Ali-Imran : 31]
Barangsiapa yang ingin dimasukkan ke dalam golongan orang yang Allah cintai, maka dia harus mengikuti jalan Rasulullah dan merasa cukup dengan atsar (hadits) Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Oleh karena itu, syia’ar dakwah Salafiyah adalah “firman Allah, sabda Rasulullah yang shahih serta manhaj dan pemahaman salaful umat”.
Termasuk ketentuan dasar dakwah Salafiyah adalah berbeda dengan kelompok jamaah lainnya baik yang kuno atau yang modern, bersandar kepada pemahaman Salaf secara ilmu dan amal. Maka Salafi (orang-orang yang mengikuti Salaf) tidak akan mengatakan : “Kami satu generasi setara dengan mereka”. Akan tetapi Salafi akan mengatakan : “Kami satu generasi yang mengikuti mereka, yang telah dipuji Allah dalam firmanNya.
“Artinya : Orang-orang yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual belia dari mengingat Allah” [An-Nur : 37]
Dan firman Allah.
“Artinya : Di dalamnya ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan Allah menyukai orang-orang yang bersih” [At-Taubah : 108]
Kami mengikuti mereka, karena mereka telah ridho dari Allah, Allah merodhoi mereka dan mereka meridhoi Allah.
[3]. Dakwah Salafiyah melakukan Tasfiyah (pemurnian) terhadap Islam dari semua kebid’ahan, khurafat, kerancuan, pemikiran sesat dan falsafah yang tidak diterangkan Allah.
Dakwah Salafiyah melakukan tazkiyah (pensucian) terhadap jiwa kaum muslimin agar mereka beruntung. Allah berfirman.
“Artinya : Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya” [Asy-Syams : 9-10]
Dakwah Salafiyah mengambil ilmu yang murni, dari sumber yang murni dan menyampaikannya (ilmu) dalam keadaan murni. Karena jika ilmu tercampuri hadits-hadits dho’if (lemah) dan palsu, aqidah yang menyimpang lagi bathil, falsafah’ kerancuan dan sampah pemikiran manusia, maka ilmu itu akan menjadi racun yang mematikan aqidah, pemikiran dan manhaj mereka. Akan memutuskan jalan mereka mencapai ridho Allah.
Tasfiyah (pemurnian) dan tazkiyah (penyucian jiwa) merupakan keistimewaan dan sendi-sendi dakwah ini. Madrasah Al-Imam Mujadid zaman ini Al-Albany telah melaksanakan peran yang cukup baik. Sebagai lanjutan dari madrasah Salafiyah pertama sejak zaman Rasululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya hingga zaman ini dan sampai hari kiamat nanti.
[4]. Dakwah Salafiyah memperhatikan ilmu dan ulama, karena asas perbaikan agama hanya bisa tegak dengan ilmu.
Lima ayat pertama yang diturunkan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajak beliau berilmu dan memerintahkan beliau membaca. Allah berfirman.
“Artinya : Bacalah dengan (menyebut) nama Rabbmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dengan segumpal darah. Bacalah, dan Rabbmulah Yang Paling Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya” [Al-Alaq : 1-5]
Qalam (alat tulis) merupakan asas dalam memperoleh ilmu, Allah pergunakannya ia untuk bersumpah karena kemuliaannya dan kemuliaan ilmu yang bisa dicapai, Allah berfirman.
“Artinya : Nun, demi kalam dan apa yang mereka tulis” [Al-Qalam : 1]
Kemudian Allah menjadikannya sebagai makhluk pertama karena kemuliaan dan kemulian ilmu dan pengetahuan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Artinya : Makhluk pertama yang Allah ciptakan adalah qalam kemudian Dia berfirman : “Tulislah!” Qalam menjawab : “Apa yang saya tulis?” Allah berfirman : “Tulislah apa yang terjadi dan akan terjadi”. Lalu qalam menulis segala sesuatu sampai hari kiamat”.
Dakwah Salafiyah memuliakan ulama, tetapi tidak ekstrim terhadap mereka. Karena tahu bahwa mereka adalah manusia biasa yang bisa salah dan benar. Mereka diikuti kebenarannya. Kesalahannya. Kesalahan mereka sama sekali tidak menurunkan kedudukan dan martabat mereka di dalam dakwah ini. Dakwah Salafiyah juga tidak mencela ulama rabbani yang telah menegakkan kebenaran dan berbuat adil. Ulama dakwah ini adalah mereka yang telah diakui oleh semua orang karena keimanan mereka dalam agama dan kedalaman ilmu mereka serta menjadi penerang petunjuk.
Kami telah melihat, alangkah susahnya orang awam atau orang yang berilmu setelah wafatnya imam kita yang tiga : Ibnu Baaz, Al-Albani dan Ibnu Utsaimin. Mereka dan yang sekelas dengan mereka serta murid-murid mereka adalah penjaga umat ini dari kekacauan dan kesesata, karena ulama adalah pewaris para nabi sepanjang masa.
[5]. Dakwah Salafiyah mengajak kaum muslimin yang mengikuti contoh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bekerjasama (ta’awun) dalam kebaikan dan taqwa, tidak mengajak para ahli bid’ah dan hizbiy (orang partai).
Hizbiy telah memecah belah umat dan membuat mereka tidak akan berpendapat kecuali dengan pendapat partai, sehingga kehizbiyahan mengakar dalam hati mereka. Mereka mencintai partai atau kelompok sebagaimana Bani Israil mencintai anak sapi, wal iyadzu billah.
Mereka (orang partai) mengobarkan slogan : “Ini dari kelompok saya dan dia dari kelompok musuh saya”, lalu bergabung dengan semua hizbiy dan menjauhi semua sunniy (orang yang mengikuti sunnah) walaupun sunniy tersebut orang paling benar di zamannya.
[6]. Dakwah Salafiyah yang penuh barakah ini memperingatkan dan mencela fanatik golongan serta sangat membenci perpecahan.
Juga mencela dan memperingatkan pelakunya, karena Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mencela orang yang berpecah belah dan fanatik golongan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.
“Artinya : Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka” [Ar-Ruum : 31-32]
Sebagaimana dakwah Salafiyah (berkat hidayah Allah) berada di tengah-tengah antara orang yang ghuluw (ekstrim) dan orang yang taqshir (orang yang meremehkan). Mereka adalah kelompok yang adil dan tengah-tengah.
Semoga Allah merahmati Al-Hasan Al-Bashri, ketika berkata : “Agama kalian yang telah diturunkan kepada Nabi kalian di antara ghuluw yaitu ekstrim dan jaafi (orang yang suka meremehkan urusan)”
Demikianlah Allah memberikan kesitimewaan kepada umat ini berupa keadilan dan kesederhanaan.
Allah berfirman.
“Artinya : Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (ummat Islam), ummat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu” [Al-Baqarah : 143]
Manhaj Salaf mengajak kepada sikap netral dan adil dalam setiap sisi kehidupan, dalam aqidah, pemikiran, perkara dunia dan juga urusan akhirat, sesuai dengan menhaj Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan sahabatnya. Hal ini telah dijelaskan dan dikuatkan oleh hadits-hadits dan atsar yang banyak sekali. Dan sekarang tidak mungkin saya menjelaskan lebih dari itu.
[7]. Dakwah Salafiyah, berdakwah kepada Allah berdasarkan ilmu dan keyakinan
Dan berdakwah secara secara jelas dengan hujjah serta membenci kesamaran dan ketidak jelasan, slogan mereka alah sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
“Artinya : Saya bawakan kepada kalian agama yang terang benderang ; malamnya seperti siangnya”
Oleh karena itu beliau meninggalkan umat ini di atas agama yang terang benderang dan jalan yang lurus. Mereka yang bergerak sembunyi-sembunyi dan takut bergerak pada siang hari, menebar syubhat dan keraguan ke dalam jiwa kaum muslimin. Sehingga kaum muslimin tetap waspada terhadap mereka. Kita tidak pernah tahu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bergerak di kegelapan, akan tetapi beliau bergerak di terangnya siang hari. Maka dakwah Salafiyah terang benderang, malamnya seperti siangnya dan tidaklah tergelincir darinya kecuali orang yang binasa.
[8]. Dakwah Salafiyah beramar ma’ruf dan mencegah kemungkaran serta menegakkan kebenaran.
Tidak takut celaan orang yang mencela sambil tetap memperhatikan ketentuan hikmah, nasehat yang baik dan kelemah lembutan. Karena jika kelembutan masuk pada sesuatu, akan menghiasinya dan bila hilang dari sesuatu maka akan merusaknya, serta memperhatikan maslahat dan mafsadat termasuk dalam fiqih dakwah. Tidak mendapat taufiq dalam hal ini kecuali orang yang dikehendaki baik oleh Allah. Ini kaidah baku, kaidah ushul yang telah ditetapkan para ulama, yaitu menghindari mafsadat (kerusakan) lebih didahulukan dari mengambil maslahat (kebaikan). Oleh karena itu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Aisyah.
“Artinya : Wahai Aisyah, seandainya bukan karena kaummu yang baru saja meninggalkan kejahiliyahan, sungguh saya akan hancurkan ka’bah dan saya jadikan sesuai dengna pondasi dasar Ibrohim”.
Beliau tidak melakukannya karena takut mafsadat (kerusakan). Seorang alim, pelajar dan da’i manhaj salaf seharusnya melihat segala sesuatu dengan cahaya Allah dan bashirah sehingga dapat mengenal dan membedakan mana maslahat dan mafsadat.
[9]. Dakwah Salafiyah adalah orang yang paling mengenal kebenaran dan paling sayang kepada makhluk.
Dia tidak tertipu dengan banyaknya orang dan tidak merasa kecil hati dengan sedikitnya orang yang mengikutinya, tidak tertipu dengan banyaknya orang yang celaka.
Lihatlah disana ada seorang nabi yang bersamanya seorang, sekelompok dan ada nabi yang tidak memiliki pengikut seorangpun, ini membuat mereka tidak mundur dan terhalang dari kebenaran dan dakwah yang benar. Pada setiap masa pengikut dakwah yang benar itu sedikit, dalam hadits dijelaskan.
“Artinya : Senantiasa ada sekelompok dari umatku yang menegakkan kebenaran, tidak merugikan mereka orang yang menyelisihinya atau menghinanya sampai datang hari kiamat”.
Lihatlah wahai muslim, wahai hamba Allah kepada kebenaran yang dibawa dakwah ini dan janganlah melihat kepada banyaknya orang.
Allah berfirman.
“Artinya : Dan sedikit sekali dari hamba-hambaKu yang berterima kasih” [Saba’ : 13]
Sebagai penutup, dakwah salafiyah beramal dengan dalil dan mengedepankan dalil atas semua pendapat orang. Menghukumi perkataan orang kepada dalil, manhaj, aqidah dan ketentuan dasar dakwah Salafiyah dan tidak menghukumi ketentuan dasar dalwah Salafiyah kepada pendapat orang.
Seandainya kebenaran diukur dengan pendapat orang, maka sungguh mengusap bagian bawah khuf (sepatu) lebih utama dari atasnya padahal yang benar berdasarkan dalil adalah mengusap bagian atas sepatu.
Saya sampaikan perkataan saya ini dan saya memohon kepada Allah supaya kita semua diberikan kemantapan di atas manhaj Salaf dan aqidah Salaf sampai mati dan semoga Allah menjadikan kita semua orang yang pantas bernisbat kepadanya. Sesungguhnya Allah yang menguasainya dan mampu untuk menunaikannya.
[Disalin dari Majalah As-Sunnah Edisi 03/Tahun VI/1423H/2002M Rubrik Liputan Khusus yang diangkat dari ceramah Syaikh Muhammad bin Musa Alu Nashr Tanggal 3-6 Muharram 1423H di Ma’had Ali Al-Irsyad Surabaya]